Tapi iya malah menyentuh ku.
Menyentuh ujung kaki ku dengan
airnya.
Mentari tak lagi redup.
Sinarnya menerangkan hidup ku.
Dan sengatannya mengeringkan kulit ku.
Kali ini aku tak lagi terpaku.
Aku ingin berbisik pada pantai ku.
Berbisik pada pantai ku untuknya
yang kurindukan.
Dan ku biarkan camar memantaunya uantuk ku.
Dan kuhampiri pipit untuk sekedar mendengar kabarnya.
Dan pelangi, pelangi mencuri semua rasa yang ku punya.
Lalu bintang memaksaku tuk katakan “ aku ingin mendampinginya”.
Untuk itu, ku panggil petir tuk menjaganya.
Sementara hujan, adalah alarm yang ku punya untuk setiap saat
mengingatnya.
Walau sang kunang-kunang, tanpa alasan melirik tajam kearah ku.
(23/2/2013)
Tidak ada komentar:
Posting Komentar