Rabu, 10 April 2013

^0^ Cerita Yang tertinggal di SMA: ^0^ “ KARNA YANG SPECIAL ITU, SEBENARNYA ADA…” ^0^


Hidup ini indah…indah sekali. Sampai kita menemukan masa yang teramat sulit dalam hidup kita. Dan saat itu, hidup mulai terasa tidak indah. Namun, hidup akan selalu meninggalkan sejarah yang takkan terlupakan sepanjang masa. Tak peduli, ada atau tidaknya kita dimasa yang akan datang dalam sejarah dimasa lalu. Cerita dimulai dan cerita bisa juga berakhir. Terus, dan akan terus berganti dengan cerita yang baru. Hingga terlalu banyak cerita yang tertinggal. Dan kita, akan terbingkai dalam setiap cerita yang kita tinggalkan. 

Kita, kita memiliki lusinan bahkan ribuan cerita dalam hidup. Setiap cerita itu mempunyai kesan tersendiri. Ada yang terkesan biasa saja, ada juga yang terkesan special dan yang terlalu special. Sama halnya denga kisah ku. Kisah yang paling special yang ku temukan diantara ribuan kisah hidup yang ku alami. Kisah special itu, kini tertinggal di SMA. Tak tahu harus ku mulai dari mana kisah ini. Kelas I, II atau III ?.... ^0^ 
Mungkin biar lengkap aku mulai ceritanya dari kelas I dulu.

Kelas I2. Dikelas ini tidak ada yang special buat dikenang. Karena disini, aku menemukan diriku sebagai pelajar biasa saja. Tak ada yang seru. Palingggg… dibentak senior waktu pertama kali masuk SMA dan keributan kecil yang sering terjadi dengan beberapa teman cowok ku. Dikelas ini, aku punya seorang teman dekat. Dan kami selalu bersama-sama kemana-mana. Dan aku merasa baik-baik saja dikelas ini sampai aku dinyatakan naik kekelas II. 

Akhirnya, dikelas II2 ini aku menemukan masalah dengan guru matematika ku. Aku sering kabur ketika jam pelajaran matematika. Bergabung dengan beberapa teman-teman ku yang ada di kelas II3. Aku mulai senang dengan rutinitas ku yang seperti itu. Namun aku takkan membiarkan pelajaran ku tertinggal hanya gara-gara aku suka bolos. Aku rajin buat catatan, ngerjain PR apalagi kalau ada tugas latihan disekolah. Aku mulai memiliki masalah ketika aku dekat dengan salah satu teman cowok dikelas II3. Karena aku kekurangan dana untuk membeli buku cetak, akhirnya aku dapat pinjaman dari dia dengan catatan jika ada PR aku harus memberikan jawaban untuk dia. Ok, tak ada masalah bagi aku. Sampai kemudian aku dimarahin pacarnya. Suatu hari yang naas, dipagi hari, saat aku mengembalikan buku cetak sosiologi miliknya. Pacarnya datang dan memaki aku habis-habisan. Aku Cuma bisa diam. Buka karena aku kalah, hanya saja aku merasa bersalah karena meminjam buku dari pacarnya. Sumpah aku gak punya niat apa-apa waktu itu. Gak pernah terfikir buat PDKT apalagi jadi pacarnya dia. Bukan seperti apa yang dituduhkan pacarnya pada ku. Yang aku butuhkan hanya buku. Biar akau bisa menjawab semua soal yang diberikan oleh guru ku. Mulai saat itu, perempuan itu adalah orang yang paling menyebalkan yang pernah ku temui dalam hidup ku. 

Setelah kejadian itu, aku gak mau ngobrol lagi ama dia kalau gak ada yang penting. Aku bahkan memilih tidak membantunya ketika dia meminta bantuan dariku. Aku tidak ingin pacarnya mempermalukan aku untuk yang kedua kalinya. Aku terlalu males untuk meladenin hal-hal yang seperti itu. Buat aku, teman adalah teman. Dan pacaran itu buat aku tidak pernah ada gunanya dan tak tahu bagaimana rasanya. Aku hanya ingin seperti ini. Ya, seperti ini. 

Aku mulai mengenal seseorang dari kelas II3. Waktu itu, aku hanya sekedar tahu namanya. Meskipun beberapa teman cewek ku ada yang membicarakannya. Aku tak peduli siapa dia dan mengapa beberapa teman cewek ku membicarakannya. Sebab itu bukan masalah aku. 

Hari-hari terus saja berlalu. Sampai aku dinyatakan naik kekelas 3 IPS 1. Disini, disini sebenarnya kisah itu dimulai. Dia, anak kelas 3 IPS 2. Permulaan sekolah dimulai saat aku kelas 3, tak ada cerita menarik di awal sekolah. Aku sering bertengkar dan kejar-kejaran, berantem dengan cowok-cowok dikelas ku hampir setiap hari. Sampai semua teman-teman cewek dikelas ku menjadi jenuh akan sikap ku. Ada satu orang teman sekelas aku menyukai ku. Bukannya kePEDEAN. Tapi aku baru tahu ketika dia memberitahukan aku. Pantes saja dia sering main ketempat duduk aku, pinjam catatan atau hanya sekedar nyapa aku. Setelah itu, semua aku CUT yang berhubungan dengan dia. Menyapanya, berbicara dengannya bahkan ketika dia meminjam catatan ku aku bilang aku tidak menulis apa-apa. Mulai saat itu, dia adalah musuh ku dikelas ini. 

Minggu terus berganti. Aku mendapatkan 2 orang teman baru adik leting ku. Mereka ada di kelas I inti. Entah kenapa, aku senang berteman dengan cowok dibandingkan cewek. Buat aku, cewek itu terlalu banyak ngosip. Dan aku gak suka itu. Suatu hari, kelas aku tidak ada guru. Kelas 3 IPS2 sedang olah raga. Aku sedang memperhatikan mereka yang sedang berolahraga. Dan tiba-tiba, aku menemukan cowok itu. Cowok yang pernah ku tahu namanya di kelas II. Aku terus saja melihatnya, melihat dia berbicara, tertawa, bercanda dengan teman-temannya bahkan melihat dia terdiam saat mendengar instruksi dari guru olahraga. Tiba-tiba teman sebangku ku datang, dia mengejutkan ku. Dan langsung tahu apa yang sedang kulihat. Lagi-lagi aku mengalami kesialan. Teman aku langsung menjerit dan mengatakan aku sedang melihat cowok itu. Saat itu aku merasa malu, seisi kelas menertawakan ku. Aku jadi salah tingkah sendiri. Setelah kejadian ini, aku jadi tambah sering memperhatikan dia. Aku yang punya watak kasar, tomboy, ampek semua cowok yang ada dikelas aku maupun kelas lainnya aku kejar buat dihajar jika ada yang gangguin atau ngejekin aku, kini aku jadi berubah 99­­­­­­­­­­­­­­­­­­­­­­­­­­­­­­­­­­­ derjat. Padahal, waktu itu, aku benar-benar gak cewek banget. Kecuali, ada kecualinya. Yang paling bisa bikin hati aku senang kalau ngeliatin dia. Setiap pagi aku bela-belain datang cepat hanya untuk nungguin dia datang. Kadang mengintip dari balik jendela, atau cuma sekeder buat pamer senyum dong kalau lagi ketahuan. Genit banget kan aku?. ^_~

Tapi bukan gitu sebenarnya ceritanya. Aku gak ngerasa genit, aku gak mikirin kalau aku suka dia, apalagi… yang lainnya. Yang aku ingat satu. Aku senang jika aku bisa dekat dengan dia. Aku gak peduli omongan teman-teman aku. Gak peduli image aku sebagai cewek hilang. Pokonya, aku gak peduli deh.

Yang aku mau cuma 1 waktu itu. Gimana caranya, supaya aku bisa dekat ama dia, temenan ama dia. Pokoknya dia…dia…dan dia. Waktu itu, aku juga punya teman cewek dan beberapa teman cowok. Tapi sayang, aku gak tertarik buat berlama-lama ama mereka. Buat hura-hura sih ok. Tapi buat yang di ingat setiap detik, dan yang bikin aku jadi uring-uringan tu bukan mereka. Tapi dia. Setiap aku ingat dia, selalu saja bibir aku jadi lebar kiri kanan. Senyum-senyum sendiri. Yang lebih parahnya lagi, aku ngerasa sakit hati waktu dengar dari teman ku dia dekat sama cewek lain. Meskipun cuma ngosip, tetap aja ngilangin mood aku. Aku pernah sedih banget gara-gara dia. Tapi aku gak pernah bisa benci ama dia. Meskipun, aku bisa berubah jadi monster sekalipun di hadapan cowok lain. Hari-hari aku jauh terasa lebih baik. Saat setiap hari, aku sama dia saling tukaran senyum dipagi hari. Saat dia ngintipin aku yang lagi belajar di dekat pintu kelas aku, dan saat aku jadi males nyatat catatan dan jadi lebih sering minjam catatan dia buat dibawa pulang. Aku tahu catatan dia gak lengkap-lengkap amat. Tapi, mendapatkan bukunya aja, aku udah senang banget. Pernah suatu hari, aku dibuatin lukisan ama dia. Trus aku simpan baik-baik lukisan tu sampai akhirnya lukisan itu benar-benar hilang gak tau kemana. Waktu itu aku dapat ganti. 2 lembar photo dia yang masih aku simpan ampek sekarang. Saat hari kelulusan tiba. Aku benar-benar telah kehilangan dia. Aku gak pernah tau, kalau aku suka ama dia. Dan aku rasa, dia juga senang sama aku (KEPEDEAN ^_~). Meskipun bukan rasa suka mungkin. 

Bertahun-tahun telah berlalu, sampai akhirnya aq menemukan dia kembali di FB. Aku senang banget. Aku ajak dia ngobrol dan akhirnya dapat deh no HPnya. Dari sms aku dan balasannya. Aku dapat menyimpulkan, kalau kami sama-sama sadar akan semua yang pernah terjadi. Aku senang banget dia masih ingat akan semua yang terjadi diantara aku dan dia waktu SMA. Telat emang, aku baru sadar, sebenarnya dulu aku punya rasa special buat dia. Namun karena aku maupun dia gak ada yang menyadarinya. Akhirnya, semua rasa itu pergi entah kemana. Aku sering liat FBnya. Membaca status dan semua coment dari teman FBnya. Ternyata, banyak juga cewek yang dekat dengan dia, dan mungkin disana juga ada seseorang yang special buat dia. Aku jadi tersenyum sendiri. Anehnya aku gak marah lagi kayak dulu, saat aku tau dia dikelilingin ama begitu banyak cewek saat ini. Tapi, ada saat-saat tertentu. Aku masih berharap bisa balik ke SMA lagi. Hanya untuk sekedar mengenang rasa. Dan aku akan bilang ke dia. Kalau aku senang kenal dan lalui hari-hari bareng dia. Atau sekedar main ke SMA suatu saat nanti, dan bertemu disana dengannya sebelum aku menikah. Aku rasa, cuma itu keinginan aku. Yang mungkin juga dia udah lupa. 

Untuk mu, aku ingin mengatakan: “ Kamu adalah orang yang pertama yang mengenalkan ku rasa lain selain rasa sedih, kecewa, marah dan benci. Kamu meninggalkan warna dalam hari-hari yang kulalui di SMA. Dan kamu membuat aku mulai mengenal warna lain selain warna kelabu. Meski ini terlalu singkat. Namun bagiku, ini yang yang terindah yang pernah ku punya dalam hidup. Dan sekarang aku mengerti, kenapa rasa datang silih berganti dalam hidup. Dan karna yang special itu sebenarnya ada. Walau kita tak pernah menyadarinya.

^_^ Kata temen q, ini tu cinta monyet. Bukan cinta pertama....., Benar juga kali ya.....????  hehehehe....^_^

^0^ (Pukul: 01. 24 WIB, Tgl: 08 Jan 2012) ^0^

Selasa, 09 April 2013

T3R!@K@N KU: “@KU & K3J3NUH@N KU”




Aku telah jenuh dengan keadaan ini. Bukan tak bersyukur. Hanya saja, rasanya terlalu berulang-ulang. Hingga tak ada waktu semenit pun untuk ku bisa berhenti dari semua ini.
Semakin hari, aku semakin merasa semua yang ingin kumilki telah hilang. Semangatku, kepercayaan ku, dan aku mencoba tetap berdiri dengan mimpi-mimpi kosong ku. Berbagai hal terjadi dalam hidup ku. Dan aku terus tertinggal bersama berbagai rasa yang membuat Susana hati ku tak menentu. Aku telah mencoba untuk bersikap tenang, seperti yang pernah disarankan oleh teman-teman ku. Tapi ternyata itu tak berhasil. Katanya cobaan, tapi kenapa datang bertubi-tubi?.
Aku semakin merasa, tak pernah ada jalan untuk ku kembali melihat pelangi. Walau mendung tak datang lagi menghias langit. Aku semakin merasa, tak ada suka setelah duka. Aku terus saja terbawa jauh dengan pikiran-pikiran konyol ku. Sebenarnya aku sangat menyadari, pikiran-pikiran itu terus saja membuat ku menjadi orang bodoh.
Aku kembali menjadi tak suka dengan diri ku sendiri. ketika orang lain berharap aku akan selalu ada dan bisa melakukan apa pun untuk mereka. Aku bergerak, tapi semua itu bukan aku. Aku telah dikontrol dengan remot control, dan orang-orang bisa mengendalikan aku semau mereka.
Ingin sekali aku berteriak, menghilangkan semua amaran yang bersarang dihati ini. Tak ingin aku menumpuknya terus menerus. Aku merasa sesak dengan semua itu. Aku tak ingin menangis, karna itu hanya akan meninggalkan sebab dimuka ku. Aku tak ingin menangis, karna aku sering merasa sakit disetiap suara isakan yang keluar dari setiap tetesan tangisku.
Kurasa, hidup terlalu sepi untukku. Hingga tak ada seorang teman pun tersisa untuk ku. Aku tahu, aku selalu mengeluh. Tapi lagi-lagi saat situasi itu datang aku mengeluh lagi. Aku kehilangan pegangan untuku tetap bertahan. Saat hari-hari yang ku lalui meninggalkan kenangan-kenangan pahit untuk ku. Tak ada yang lebih indah untukku kenang. Karena kenangan itu seperti air hujan. Terlalu sukar untuk merebutnya, dan kemudian hilang dalam genggaman. Lalu tertinggal rasa bekas disana, namun tak terlihat. Dan iya akan membuat kita mengenangnya. Aku mencoba berhenti melawan masa lalu. Karna ku tahu, iya bukan teman dan juga musuh buat ku.
Setia waktu yang tersisa, ku harap dapat menenggelamkan ku dalam kegelapan. Karna itu, aku tidak memperbaiki lampu yang rusak diruangan ini.Karena aku tidak cukup berani untuk menerangi kesepian ku.Aku juga ingin melumpuhkan matahari. Agar siang tak lagi ada, dan waktu tak lagi berlalu.Aku hanya ingin semua berhenti,Untuk ku yang tengah terpuruk ini.

(Senin, 31Des 2012)
Aku mulai merasa senang bersamanya. 
Namun, kamu belum juga hilang dari hati dan pikiran ku.
Mungkin, aku akan terus hidup dalam bayang-bayang mu.
Namun aku juga harus hidup pada kenyataan.
Sulit memang.
Aku saja tak habis pikir.
Kenapa rasa meninggalkan kebingungan untuk ku.
Aku mencoba berhenti mengingat dan menginginkan mimpi ku.
Menunggu, seperti yang pernah kulakukan dahulu.
Aku menunggu esok, dan kenyataan yang akan datang menghampiri hidup ku.
Meski menunggu membuat ku jenuh.
Tapi waktu, akan tetap berputar seperti biasanya.
Tak peduli aku harus menunggu begitu lama.
Sampai aku bisa merasa dan berkata:
“Aku mulai menikmati hari-hari ku.”

(25 Des 2012)

Senin, 08 April 2013

“K3KOSONG@N W@KTU”

Dear burung kertasa ku,
Hari ini,
Aku kembali mendapati diri ku dalam kekosongan waktu.
Saat tubuh terasa kaku.
Dan kepala terasa di palu.

Aku menemukan diriku dalam kekosongan waktu.
Saat tatapan ku mulai sayu.
Dan pendengaran ku berkurang dimakan waktu.

Aku menemukan diriku dalam kekosongan waktu.
Saat buram menjadi miliki ku.
Dan cahaya menjauhi ku.

Aku menemukan diriku dalam kekosongan waktu.
Saat langkah tak lagi terayun.
Dan mulut tak lagi bergerak.
Ku lihat putih ditengah keburaman.
Kudengar nyanyian berganti suara tangisan.
dan aku, aku tetap terbujur kaku.

K!S@H KU: “@KU & EM@S S!@L@N !TU”


Kenapa,
Aku tak pernah bisa memiliki apa yang pernah kamu beri untuk ku.
Bahkan sesuatu yang ingin kusimpan sebagai kenang-kenangan dari mu pun kini engkau ambil kembali.
Tak layakkah aku mengenakannya?.

Kenapa,
Kenapa aku…
Dari awal, saat aku berada disisi mu.
Aku bahkan merasa kehilangan mu.

Yang ku lihat semakin aneh,
Sikapmu dahulu, dan sikap mu sekarang
Tak tampak perubahan pada penglihatan ku.
Aku telah lelah dengan ini semua.
Aku berusaha tak menyusahkan mu.
Tapi tak bisa kau hargai hidup ku.

Bagi mu, mereka lebih penting dari pada kami..
Dan saat itulah ku tahu, bahkan kami ibarat umpan bagi mu.
Aku melakukan ini untuk mu.
Tapi kamu, malah berlebihan.

Maaf, aku punya kehidupan sendiri.
Kehidupan yang belum ku temukan ujung dari perjalanan ku.
Dan bukan hanya kamu saja yang harus ku lihat.
Masih ada orang lain disisi hati ku.
Dia adalah ibu ku,
Ibu yang telah bersusah payah melahirkan ku.
Kenapa kau ciptakan keadan yang semakin menggila ini.

Aku kecewa. Karna apa yang kau beri untuk kami kau ambil kembali.
Rasanya seperti berhutang hidup pada mu.
Bagaimana kau bisa bilang telah menghabiskan semua untuk kami.
Sementara yang terjadi, kau memintanya kembali.

Aku akan pergi,
Dan saat itu, jangan pernah bertanya kenapa?.
Karna kamu membuat aku terlalu terluka.

(Kamis, 28 februari 2013, pukul: 21:38 WIB) 

Aku bosan bermain bersama senja.
Aku bosan bermain bersama gelap.
Tapi, tetap saja aku menulis senja dan kegelapan dalam setiap bait puisi ku.
Bagaimana mungkin aku berharap terang.
Jika kegelapan dan kesunyian menjadi teman dalam hidup ku.
Bahkan, cahaya kunang-kunang pun tak cukup memberi ku terang.
Aku yang selalu berlari dari gelap pun kini menjadi lelah. 
Dan kemudian, aku mencoba kembali berteman dengan matahari dilain waktu.
Namun iya kemudian kembali meninggalkan ku tanpa pamit.
Seolah-olah, aku hanya singgah untuk sementara dan aku tak pernah ada bagi dirinya.

Aku pergi setelah itu, berharap rumput menemani ku dalam keasingan.
Rumput pun ternyata tak bisa bertahan.
Warnanya memudar terbakar mentari dan batangnya rapuh tertiup angin.
Aku selalu bertanya-tanya dalam hati, kemana sebenarnya perginya cahaya.
Namun sampai kini, aku tak pernah tahu akan jawabanya.

Saat langit yang terang meninggalkan kegelapan.
Aku semakin mengerti.
Bahwa semua akan pergi bila waktunya.
Termasuk beberapa orang yang pernah singgah dalam hidup ku.
Satu persatu mereka meninggalkan ku dalam kebingungan.

Aku kembali sendiri.
Berteman dengan bait-bait puisi yang setia menemaniku.
Tapi aku selalu sulit, saat mencoba menulis kata lain selain gelap dan senja dalam puisi ku.
Sepertinya hati ku terkunci dan kini menjadi mati disana.
Saat itu, aku memilih diam untuk setiap bahasa yang ku punya.
Tak ingin merangkainya dalam setiap bait puisi seperti yang pernah aku lakukan.
Kupikir, semua akan sama.
Tak akan beda.
Walau ku menaruh sedikit harapan disana.

Lalu, aku diperkenalkan dengan sepi di sepanjang jalan yang ku punya.
Sehingga aku punya 3 kata sekarang, sepi, senja dan gelap.
Kupikir itu akan cukup.
Namun kemudian, kesedihan menghampiri ku.
Lagi-lagi bertambah satu kata.
Dan ku pikir, untuk segera berhenti disana.

Bagi ku,
Masa lalu adalah kenangan.
Yang kemudian menjadi hantu di setiap sudut pikiran ku.
Saat aku memilih diam dan tak berbuat apa-apa.
Maka selamanya iya akan menjadi hantu.
Dan iya tidak akan berubah menjadi peri walaupun ku menunggu.

Ku coba sampaikan kata lewat kebisuan.
Yang takkan terdengar.
Dan takkan kau paham.
Aku seperti pipit yang kehilangan sarang.
tak punya tempat berteduh, hanya mampu terbang.
Ku pikir aku akan aman disana.
Tapi ternyata tidak.
Sayap kecil ku mulai lemah.
Dan aku kelelahan terbakar sinar mentari.
Lalu ku pilih untuk hingga di dahan yang kokoh.
Ku renung sejenak,
Dan ternyata, sinarpun tak terlalu kubutuhkan.
Untuk apa aku berharap terang.
Jika kegelapan dan senja pun mampu meninggalkan rasa yang sama seperti mentari.

Aku tersenyum untuk sebuah kebohongan.
Aku tersenyum untuk sebuah kebodohan.
Aku tersenyum dalam kesakitan.
Dan aku akan tetap tersenyum, agar kau tetap melihat ku dibawah terang.
Meski, sebenarnya gelaplah yang ku temui.

(Rahma 15 feb 2013 pukul: 00:04 WIB)

"TAUKAH KAU…???."


Pantai tak lagi berbisik kepada ku.
Tapi iya malah menyentuh ku.
 Menyentuh ujung kaki ku dengan airnya.
Mentari tak lagi redup.
Sinarnya menerangkan hidup ku.
Dan sengatannya mengeringkan kulit ku.
Kali ini aku tak lagi terpaku.
Aku ingin berbisik pada pantai ku.
Berbisik pada pantai ku untuknya yang kurindukan.
Dan ku biarkan camar memantaunya uantuk ku.
Dan kuhampiri pipit untuk sekedar mendengar kabarnya.
Dan pelangi, pelangi mencuri semua rasa yang ku punya.
Lalu bintang memaksaku tuk katakan “ aku ingin mendampinginya”.
Untuk itu, ku panggil petir tuk menjaganya.
Sementara hujan, adalah alarm yang ku punya untuk setiap saat mengingatnya.
Walau sang kunang-kunang, tanpa alasan melirik tajam kearah ku.

(23/2/2013)