Apakah orang tersebut kita miliki, atau justru orang lain yang akan memiliki.
Pertanyaannya:
“ Apakah kita mampu, melihat orang lain memiliki orang yang kita cintai?.”
Ini rumit, bahkan sekali pun kita mengajak hati untuk berbohong.
Kita mungkin bisa tersenyum untuknya.
Tapi hati kita, hati kita tidak akan melakukannya.
Eemmmm huuufff….
Coba jika kita menempatkan kita pada posisi
Dimana orang yang kita cintai ada di hadapan kita dengan orang lain.
Apakah kita masih bisa merasa semua baik-baik saja?
Tidak,
Itu terlalu sakit.
Jika kita, betul-betul menyimpan iya dalam setiap relung yang ada dihati kita.
Jika kita, menyimpan iya rapat-rapat dalam hati kita.
Jika kita, tak pernah ingin meninggalkan kenangan kita.
Maka jangan lakukan itu dihadapan orang yang kita cintai.
Karna, jika posisi itu berbalik pada kita.
Maka kita akan tahu apa yang dia rasakan.
Tak peduli, meski ada orang lain yang mengisi hari-hari kita dan hari-harinya.
Kecuali, kalau rasa itu telah benar-benar hilang dari kita untuknya.
Atau... mungkin kita tak akan sakit.
Tapi apakah kita tahu,
Terluka atau tidaknya dia?
Ada satu hal yang perlu di ingat.
Bahwa kisah cinta itu sakit untuk dikenang.
Dan akan indah jika ada penggantinya.
Namun indah bukan berarti karena terpaksa,
Indah itu harus dengan ketulusan,
Dengan hati yang betul-betul iklas akan rasa yang terasa.
Kita ingin selalu menghiasai hari dengan senyum.
Menyiraminya dengan hujan.
Dan berharap luka itu akan segera hilang.
Namun itu pun butuh waktu terlalu banyak
Agar kita benar-benar terbiasa dengan sesuatu yang baru.
Satu lagi,
Pernahkah kita mendengar kata hati?
Hati yang begitu jujur, tak pernah berdusta.
Tapi kenapa, terlalu susah untuk mendengar kata hati.
Kenapa begitu sulit menjalankan apa yang dikatakan hati.
Padahal, hati itu bersih.
Dan iya tak pernah berbohong.
(23 Desember 2012)